AIRBAND RECEIVER SUPERHETERODYNE

Setelah sekian lama tidak aktif dalam dunia elektronika dikarenakan kepadatan dan waktu yang terbatas dalam kegiatan saya. Disela-sela kesibukan akhirnya saya memiliki sedikit waktu untuk melakukan eksperimen kembali. Rangkaian airband receiver sebelumnya hanya menggunakan transistor FET atau NPN sebagai penguat RF-nya.   Maka pada eksperimen kali ini saya mencoba merakit airband receiver tipe  superheterodyne yang  memiliki unit Band Pass Filter, mixer, oscillator, Intermediate Frequency dan Amplifier yang terintegrasi. Akhirnya saya tertarik untuk membeli  Kit airband receiver dari salah satu situs penjualan online internasional. Setelah saya order, sekitar 2 minggu akhirnya sampai juga di Indonesia.

pcb
PCB Tipe Double Layer

Airband receiver ini  tersedia dalam bentuk kit, tidak dalam bentuk jadi, sehingga harus dilakukan perakitan sebelum berfungsi. Pengalaman  dalam merakit rangkaian elektronika sedikit diperlukan, dikarenakan  PCB yang digunakan menggunakan double layer,sehingga harus diperhatikan juga bahwa komponen yang akan dipasang  harus sesuai dengan skema  atau layout PCB, serta nilai untuk setiap komponen seperti resistor, kapasitor, IC, Transistor, Dioda, harus sesuai, jangan sampai terjadi kesalahan pemasangan  atau ada komponen yang tertukar.  Kesalahan dalam pemasangan komponen dapat mengakibatkan rangkaian tidak bekerja.  Teknik penyolderan pada PCB double layer dilakukan pada dua permukaan.

assembly-layout
Lay Out Komponen Pada PCB

Pengalaman dalam menyolder  dalam hal ini sangat diperlukan.  Dikarenakan adanya tingkat kerapatan antar setiap komponen, maka diperlukan  ketelitian, jangan sampai ada titik komponen yang short circuit disebabkan oleh solderan yang melebar kemudian mengenai titik komponen lainnya.  Pada sistem double layer PCB, jika terdapat kesalahan dan mengharuskan komponen tersebut dicabut, maka pin atau kaki komponen tersebut harus dipotong. Gunakan solder dengan watt rendah  sekitar 25 Watt, agar panas solder tidak merusak komponen dan jalur PCB.  Pada saat proses perakitan  Pasanglah terlebih dahulu komponen elektronik, mulai dari komponen pasif Resistor,kapasitor,elektrolit kapasitor, keramik Filter 10.7 MHZ, Potensiometer, Induktor, IF Transformator, socket Antenna, Power Supply, dan Audio,perhatikan input atau output di keramik Filter 10.7 MHZ jangan sampai terbalik, bila terbalik akan menyebabkan frekuensi  tumpang tindih, selanjutnya komponen semikonduktor, Dioda, Transistor, IC, IC Regulator, prioritas terhadap komponen-komponen tersebut  adalah dalam pemasangan pin-nya jangan sampai terbalik polaritasnya, bila tidak ada informasi mengenai pin Transistor, Dioda atau IC bisa mencari datasheet di Internet, pasanglah socketnya terlebih dahulu, setelah semua komponen terpasang barulah IC tersebut dipasang. Lama assembling airband receiver ini  berbeda-beda untuk setiap individu, tingkat mahir mungkin bisa dikerjakan dalam waktu 3 jam, cukup untuk mengisi weekend Sabtu Minggu.

atis-frekuensi
Frekuensi ATIS Soekarno Hatta Airport

Hal yang penting dalam perakitan ini adalah jangan terburu-buru untuk cepat selesai, lakukan pengecekan kembali  komponen demi komponen sebelum dihubungkan dengan power supply, gunakan power supply dengan transformator inti besi. Power supply tipe modul  yang saat ini tersedia banyak dipasaran banyak menimbulkan noise dan interferensi meskipun receiver ini menggunakan filter berupa induktor. Bila semua telah selesai dan dilakukan pengecekan tidak ada kesalahan, hubungkan airband receiver ke Power Supply dengan tegangan keluaran DC 12 Volt atau DC 13,8 Volt, dan  Antena luar VHF dengan kabel coaxial berimpedansi 50 ohm.

Kelemahan pada airband receiver ini dibandingkan dengan direct receiver airband yang diposting saya sebelumnya, adalah harus menggunakan external antena yang biasa digunakan radio transceiver, sedangkan direct airband receiver cukup menggunakan teleskopik antena maupun sembarang antena. Saya di sini menggunakan VHF mobile antenna yang tidak memakan banyak tempat.

Bila semuanya telah terpasang, Putarlah squelch di posisi minimum, selanjutnya putar volume hingga hampir maksimal, jika timbul suara noise berarti receiver berfungsi dengan baik. Langkah berikutnya adalah untuk menemukan frekuensi ATC (air traffic control)  di rentang frekuensi antara 118 MHZ sampai  136 MHZ, Bandung Approach Bandara Husein Sastra Negara berada di Frekuensi 121. MHZ, Tower di Frekuensi 118.65 MHZ, Upper Control Area Bandung atau dengan Call Sign Jakarta Radar di frekuensi 132.100 MHZ.kemudian putarlah Coil L6 dan putarlah tuning perlahan-lahan, komunikasi pilot dengan Air Traffic Control biasanya sangat singkat,bila menemukan signal VOR Very High Frequency (VHF) Omnidirectional Radio Range, terdengar seperti bunyi sebuah nada,  berarti sudah di jalur frekuensi airband.  Pada saat jam sibuk penerbangan, adalah saat yang tepat untuk melakukan tracking signal komunikasi pesawat.

screenshot_2016-12-01-00-45-00
Aplikasi Flight Radar 24

Cara lainnya untuk tracking signal komunikasi pesawat adalah dengan menginstall aplikasi android flightradar24. Dari aplikasi tersebut, kita bisa memonitor pesawat yang sedang terbang melintas di atas udara kita. Misalnya pada saat pesawat dengan call sign SQ 225 dari Singapore menuju Perth Australia sedang melintas di atas kota Bandung, Pilot biasanya akan melakukan kontak (report passing) dengan pengatur lalu lintas udara, untuk wilayah udara bandung biasanya melakukan kontak di channel 132.1 untuk bisa menerima signal airband Upper Control Area UTA Bandung dengan call sign Jakarta Radar. Kita bisa mengkombinasikan radio penerima airband ini dengan aplikasi flightradar24, seperti Air Traffic Controller, dapat memonitor posisi pesawat yang melintas di atas wilayah udara kita, sekaligus memonitor komunikasi pilot dengan pengawas lalu lintas udara.

skema-airband
Skema Superheterodyne Airband Receiver

Bila telah menemukan frekuensi signal komunikasi pesawat yang dimaksud, maka putarlah transformator IFT hingga memperoleh signal paling kuat.  Airband receiver ini bisa menerima signal yang dipancarkan hingga jarak 180 km, terbukti  posisi saya di Bandung bisa menerima signal ATIS (Automatic Terminal Information Service) bandara soekarno Hatta  Jakarta di Frekuensi 128.400.

Tuning Coil
Modifikasi Tuning Coil

Modifikasi yang saya lakukan pada airband receiver ini adalah mengganti Tuning Coil L6  tipe Adjustable dengan  Ferit core atau biasa disebut koker dengan inti ferit ukuran 5 mm dililit kabel tunggal ukuran 0.4 mm sebanyak 2 lilit.  Namun komponen tersebut sudah jarang ditemukan,bila di lokasi anda tidak tersedia, bisa dibuat tanpa koker sebanyak 2 lilitan kemudian aturlah tingkat kerapatan atau kerenggangan sampai menemukan frekuensi yang tepat.  Modifikasi ini bertujuan untuk memperkecil step bandwith, agar tidak berhimpitan antar channel frekuensi. Dengan beberapa percobaan untuk jumlah lilitan, Tuning Coil L6 Receiver ini bisa bekerja dari frekuensi 108 sampai dengan 154 MHZBerikut video dari Superheterodyne Airband Receiver

originally posted  by adibaduts