Buton Island Scouting Trip

Bulan Agustus 2009 yang lalu, saya mendapat tugas untuk melakukan survey feasibility study (survey studi kelayakan) mengenai kondisi sarana & prasarana, kondisi geografis, Kultural masyarakat, kondisi geologis dan topografi pulau Buton di propinsi Sulawesi Tenggara.  Salah satu perusahaan  Minyak Jepang yang juga merupakan KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) dengan BP Migas, berencana akan melakukan explorasi di Blok Buton bagian Selatan. Sebelumnya salah satu perusahaan Oil field service Nasional,  telah melakukan  seismik  survey untuk mengetahui kandungan minyak bumi yang terdapat di pulau buton.  Adapun Peralatan yang digunakan dalam survey ini, antara lain Garmin Handheld GPS , Immarsat Telepon Satellite ,dan  Peta Pulau Buton.

Jam menunjukan pukul 01.00 WIB, hari sabtu tanggal 1 agustus 2009. Ketika semua orang sedang terbuai dalam mimpinya masing-masing, pagi itu udara kota bandung tidak terlalu dingin,  mungkin, hanya berkisar 16-18oC. Saya dan kedua teman saya harus bergegas menuju mobil jemputan yang telah dipersiapkan untuk mengantar kami menuju bandara Internasional Sukarno Hatta. Perjalanan pagi itu ditempuh dalam waktu 2,5 jam. Akhirnya kami tiba di terminal F. Tempat keberangkatan Garuda Indonesia, Jam pada saat itu menunjukan pukul 3.30 WIB.  Karena counter pemberangkatan untuk tujuan Kendari belum buka, maka kami menunggu 1 jam hingga akhirnya kami check-in kemudian boarding pass pada jam 5.45 WIB.  Tidak lama kemudian pesawat take off. Selama di kabin pesawat saya terlelap tidur, begitu juga dengan teman saya, mungkin karena lelah dan kurang tidur, dikarenakan hari jumat sebelum hari keberangkatan, kami masih full time bekerja. Penerbangan dari Jakarta menuju kendari diperkirakan memakan waktu 2 Jam 45 Menit, dengan Transit dahulu di Hasanudin Airport Ujung Pandang. Karena beda waktu satu jam dengan Indonesia bagian tengah. Pukul 9:30 WITA kami mendarat di bandara hasanudin Ujung Pandang untuk transit, tak lama kemudian pesawat take off kembali menuju kendari, lama penerbangan dari Ujung Pandang menuju Kendari kurang lebih sekitar 45 menit. Akhirnya pesawat landing di Bandara Wolter Monginsidi Kendari. Kondisi cuaca di kendari pada saat itu berawan dengan suhu sekitar 23-26 oC, cukup panas dan lembab udaranya.

Bandara Wolter Monginsidi Kendari

Tanpa disadari, ternyata saya satu pesawat dengan artis muda yang sedang naik daun yaitu  Gita Gutawa,yang pada saat itu akan melakukan tour di kendari bersama Ayahnya Erwin Gutawa, akhirnya saya dan teman saya berkesempatan untuk berpose bersama mereka, kapan lagi  berpose dengan  Selebritis.

Saya dan teman saya berencana akan melanjutkan ke pulau buton dengan menggunakan Kapal Cepat Sagori atau MV Super Jet. Biasanya Kapal Cepat dari kendari menuju Bau-bau pulau buton berangkat pukul 13.00 WITA. Akan tetapi pada hari itu ticketnya habis terjual, mungkin karena weekend day. Kami akhirnya sepakat untuk menginap satu malam di kota kendari, kami menginap di Hotel Metro Kendari di Jalan Sultan Dayanu Ikhsanudin. Pertama kali ketika merapat dikota Kendari, saya membayangkan satu kota yang membosankan. Kendari bukan satu kota yg tepat untuk dijadikan tempat untuk berwisata. Bibir lautnya tidak bagus, bahkan mencari oleh oleh untuk dibawa pulang saja tidak ada. Bayangkan, satu kota besar di Sulawesi Tenggara tidak punya lokasi pembuatan dan penjualan cinderamata asli daerah! Mungkin, tempat paling istimewa di Kendari hanyalah jajanan makanan lautnya saja yang dijamin masih segar segar

Suasana Port Murhum Bau – Bau

Pagi hari, Minggu 2 Agustus 2009, setelah Saya dan teman saya sarapan pagi di hotel bergegas menuju pelabuhan Kendari. Lama perjalanan sekitar 20 menit, walaupun jauh, tapi tidak terjebak kemacetan seperti di kota-kota besar di pulau jawa. Akhirnya dapat juga tiket kapal cepat MV Super Jet menuju Bau-bau.  Harga tiket menuju bau-bau adalah 175 ribu, untuk kelas VIP.  Hari itu penumpang sangat padat, sehingga saat masuk ke kapal cepat pun harus antri, penumpang pun agak sedikit susah diatur, beruntung saya dan teman mendapat nomor tempat duduk, sehingga tidak usah khawatir tidak kebagian tempat duduk. Suasana di dalam kapal agak sedikit pengap, dan bau asap solar dari mesin kapal, kondisi kapal kotor. Saya tidak melihat dimana Live Vest atau Pelampung berada, hal ini harusnya diperhatikan untuk standard keselamatan penumpang kapal. Kapal cepat MV Super Jet akhirnya diberangkatkan pada pukul 8.00 WITA. Selama perjalanan menggunakan Kapal cepat MV Super Jet, kami melalui teluk kendari, teluk cempeda, pulau buton, selat buton, kemudian di pelabuhan raha kabupaten raha. Untuk informasi pulau cempeda terkenal dengan ombaknya yang besar sehingga kalau melewati pulau itu jangan kaget dan siap-siap untuk mengencangkan ikat pinggang karena gelombangnya cukup besar, apalagi pada bulan Juli hingga bulan September ombak di sekitar pulau cempeda sangat besar.

Kapal Cepat MV Sagori Express

Mendekati pelabuhan raha kapal berjalan lambat karena ombak juga sudah mulai tenang dan akhirnya jam 11.00 WITA kapal pun mendarat terlebih dahulu di pelabuhan raha untuk bongkar muat penumpang, sebelum kapal berangkat kembali menuju pelabuhan Bau-bau di Pulau Buton. Kemudian MV Super Jet kembali melakukan perjalanan menuju Bau-bau. Tepat pukul 13.00 WITA Kapal merapat di Pelabuhan Murhum Bau-Bau, tampak dari dalam kapal kota Bau-bau dengan rumah-rumah penduduknya dan pusat perniagaan. Setelah kapal selesai merapat, saya dan teman saya agak kesulitan untuk keluar dari kapal karena padatnya penumpang, selain itu Landing Boat untuk penumpang keluar tidak sejajar dengan pintu keluar kapal,posisinya lebih atas dari pintu kapal, sehingga untuk keluar dari kapal kami harus bersusah payah naik ke papan kayu. Lega rasanya setelah menempuh perjalanan dengan menggunakan Kapal Cepat selama 5 jam. Bagi yang tidak terbiasa dengan perjalanan laut, banyak yang mengalami mabuk laut selama perjalanan. Beruntung kami tidak mengalaminya, walaupun sedikit mual. Angin segar berhembus di pelabuhan Murhum bau-bau, dengan kondisi cuaca yang sangat cerah. Tampak air laut yang kebiru-biruan jernih di sekitar pelabuhan,bisa sedikit mengobati sea sick akibat naik kapal cepat MV Super Jet.

Betoambari  Airstrip

Kota Bau bau dari atas bukit

Fasilitas kolam renang di hotel Rajawali

Di kota bau-bau saya menginap dua malam di Hotel Rajawali, tidak banyak hotel yang memiliki fasilitas lengkap di kota ini.  Letak hotel Rajawali cukup Strategis karena dekat dengan pusat kota dan pelabuhan, Satu-satunya hotel yang memiliki fasilitas kolam renang, dengan pemandangan pantai di bawahnya, karena letak hotel ini di bukit.

Kondisi jalan penghubung antar kota yang rusak parah

Kondisi Fuel Gas Station (SPBU)

Hari ketiga kami melanjutkan perjalanan menuju kota Pasarwajo.  Saat ini pasarwajo merupakan ibukota kabupaten Buton.  Jarak antara kota bau-bau dan kota Pasarwajo sekitar 40 km, dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam,  dan kondisi jalan yang berbatu, sangat sulit untuk dilalui. Hal ini sangat ironi dengan julukan Pulau Buton, sebagai penghasil aspal di Indonesia, akan tetapi  kondisi jalan di pulau buton sangat rusak parah  sangat banyak, tanpa ada tanda-tanda perbaikan dari pemerintah setempat.

Sunset di Pasarwajo

Hamparan pantai pasir putih

Ketika memasuki pasarwajo, kita akan melihat pemandangan pasir putih sepanjang pantai. Melihat pemandangan seperti ini, mengingatkan saya ke kepulauan karibia, bahama atau bermuda yang ada di Amerika Tengah.  Sepertinya Pemerintah setempat  tidak mengembangkan potensi pariwisata di pulau ini, hal ini dapat kita lihat, dengan kurangnya prasarana, informasi, bahkan jalan penghubung antar kota yang tidak dibenahi.

Sisa-sisa pelabuhan  untuk mengangkut Aspal

Pada sekitar tahun 1920an, Hetzel (seorang geolog Belanda) menemukan singkapan-singkapan deposit aspal alam di Pulau Buton.  Sisa-sisa kejayaan tambang aspal di pulau ini dapat kita temukan di pasarwajo, berupa Port / Pelabuhan dengan conveyor untuk mengangkut aspal.  Saat ini pelabuhan tersebut dikelola oleh PT Sarana Karya (Persero).  Tidak terlihat kegiatan bongkar muat seperti lazimnya kesibukan di port, yang ada hanya conveyor yang sudah menjadi besi tua, gudang-gudang parkiran  truk-truk pengangkut, Crusher, dsb.  Kejayaan tambang aspal di pulau buton sepertinya sudah berakhir, aspal pulau buton tidak lagi dilirik untuk digunakan sebagai bahan pembuatan jalan.  Pada umumnya saat sekarang lebih memilih Aspal Curah yang berasal dari sisa pengolahan minyak bumi.

Bekas Pelabuhan Angkutan Aspal di Sampolawa

Latar belakang  Pelabuhan Banabungi

Di kota kabupaten Pasarwajo saya menginap di salah satu Hotel dengan fasilitas yang minim.   Sepertinya tidak ada pilihan lain,karena hotel yang terdapat dikota ini hanya dapat dihitung dengan jari tangan. Bila melihat sarana dan prasarana serta fasilitas yang ada di Pasarwajo, saya pikir belum layak untuk dijadikan ibu Kota Kabupaten Buton.  Provider telekomunikasi yang melayani wilayah  ini, hanya Telkomsel dan Indosat, sedangkan di kecamatan Lasalimu  hanya Telkomsel dengan kondisi Poor Signal, bahkan tidak ada sinyal sama sekali, untuk mengatasinya sistem komunikasi saya menggunakan telepon Satellite.  Agak sulit mencari pilihan makanan disini, hanya terdapat tiga rumah makan yang saya temui, yang cocok dengan selera makan saya. Begitu pula dalam memenuhi kebutuhan  harian, hanya terdapat dua bank, satu SPBU.

Garis Pantai sepanjang  Jalan Pasarwajo Lasalimu

Pelabuhan Alam Lasalimu

Kantor  Kepala Desa Wajah Jaya – Lasalimu Selatan

Hari kelima saya melanjutkan dari  Pasarwajo menuju Lasalimu Selatan, Sebelumnya saya akan membayangkan bila jalan-jalan Pulau Buton pasti telah mulus dengan aspal. Disinilah ironisnya. Saya tidak hanya sekedar melihat bagaimana bentuk dari aspal ini,  justru menemukan jalanan yang rusak parah.  Kondisi jalan Pasarwajo – Lasalimu berada sepanjang garis pantai  sekitar 50 km. Kondisinya   tidak jauh berbeda dengan jalan lainnya di buton, bahkan terdapat jalan  yang tergerus oleh abrasi pantai.  (Bersambung)

(originally Posted  by adibaduts)

One thought on “Buton Island Scouting Trip

  1. A New Exotic Diving Location – Buton Island…

    Buton Island becoming increasingly popular diving destination in itself, and not surprising, because it is very close to world class diving Wakatobi region. With a well-known for spectacular diving and its location in the heart of the Coral Triangle ar…

Leave a comment